Bullying merupakan suatu bentuk perilaku berulang dan agresif yang dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti orang lain, menyebabkan ketakutan, kesulitan, dan membahayakan orang lain baik secara fisik dan/atau psikis.
Cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah bullying adalah dengan mengasuh dan mendidik anaknya menuju dewasa secara mental, sehingga anak memiliki kesanggupan belajar, berfikir, peduli, memahami kepentingan orang lain, sanggup kecewa, berjuang dan sanggup mengambil keputusan secara rasional dan mandiri.
Dear Parents,
Apa Itu Bullying?
Suatu bentuk perilaku berulang dan agresif yang dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti orang lain, menyebabkan ketakutan, kesulitan dan membahayakan orang lain baik secara fisik dan atau psikis.
Bullying terjadi dalam konteks di mana terdapat ketidakseimbangan kekuatan yang nyata atau yang dirasakan. Misalnya, perbedaan usia, ukuran tubuh, popularitas, status ekonomi, kecerdasan dan lainnya.
Macam Macam Bullying
Ada 4 macam bullying yang harus diketahui oleh orang tua, yaitu : bullying fisik, bullying verbal, bullying sosial dan cyber bullying.
Bullying Fisik
Menendang, memukul, mendorong, meludah, mencuri, merusak properti dan perilaku apapun yang mendapat menyakiti orang lain secara fisik.
Bullying Verbal
Mengejek, menghina, menyindir, mengancam, memberi komentar rasis/seksis, melecehkan
Bullying Sosial
Mengucilkan teman, bergosip/menyebarluaskan rumor, memperlakukan teman dengan buruk karena identitas/penampilannya, memanggil teman dengan nama rasis/bukan nama sesungguhnya, membuat teman merasa tidak nyaman karena pilihan dan perbedaannya serta memberi komentar negatif tentang penampilan, perbedaan, disabilitas dan lain sebagainya.
Cyber Bulling
Membuat marah, mengancam, mempermalukan orang lain melalui media elektronik. Menyebarkan informasi pribadi, foto/video yang dapat menyakiti/mempermalukan. Menghina, memberi komentar negatif melalui media sosial. Dan perilaku apapun yang dilakukan di dunia maya dan bertujuan menyakiti orang lain
Mengapa Bullying Dapat Terjadi?
Banyak hal yang menyebabkan bullying terjadi, seperti :
- Merasa ingin memiliki kekuatan dan ingin selalu dapat mengontrol sesuatu agar dianggap lebih populer dilakangan pertemanan (dihormati, dikagumi, dianggap sebagai pemimpin/kuat oleh teman-teman)
- Merasa menjadi bagian dalam kelompok pertemanan tertentu dengan meniru perilaku temannya yang lain, terutama yang dianggap memiliki power
- Lingkungan seakan-akan membuat/menunjukan adanya ketidak seimbangan kedudukan, antara yang kuat dan lebih lemah
- Merasa bahwa orang lain yang tidak fit in atau berbeda, boleh diperlakukan tidak baik/dibully
- Memiliki hubungan yang tidak baik/tidak hangat dengan orangtua sehingga anak memiliki insecure attachment anak tidak mengembangkan beberapa keterampilan seperti empati, pro-sosial dan lain sebagainya
- Rendahnya empati, sehingga tidak dapat memahami apa yang mungkin orang lain rasakan
- Meniru perilaku/pola yang dilakukan oleh orang dewasa, misalnya terbiasa memperoleh hukuman fisik di rumah, menonton tayangan di TV
- Cenderung self centered atau hanya berfokus pada dirinya sendiri. Biasanya mereka akan bersikap kompetitif, manipulatif dan mencari perhatian dari sekitarnya
Apa dampak bullying bagi korban?
Sosial dan Emosional
- Merasakan berbagai emosi negatif : cemas, takut, selalu tegang, marah, tidak berdaya, bingung, dan lain sebagainya
- Sulit menjalin pertemanan dan mempertahankan.menjaga hubungan dengan orang lain
- Memiliki kepercayaan diri dan rasa keberhargaan diri yang rendah, sehingga melabel dirinya seperti apa yang orang lain katakan padanya.
- Bisa jadi hingga seperti tidak merasakan emosi apapun
- Menyalahkan diri sendiri atau merasa dirinya adalah penyebab semua ini terjadi
- Menarik diri dari lingkungan, merasa depresi, mengarah pada keputusan untuk bunuh diri hingga bunuh diri
- Terlibat pada perilaku berisiko, misal merokok, konsumsi alkohol dan lain sebagainya
Dampak Fisik
- Luka secara fisik, misal lebam, bengkak, patah tulang, retak tulang, dan lain sebagainya
- Mengalami kecemasan hingga serangan panik
- Sakit, sering sakit, sakit menjadi lebih lama karena faktor psikologis maupun fisiologis
Dampak Sekolah dan Akademik
- Menghambat proses belajar dalam kelas. Misal, tidak terlibat dalam diskusi karena khawatir diamati oleh pelaku bullying
- Tidak fokus di kelas, lupa mengerjakan PR, karena selalu merasa tegang
- Tidak ingin masuk kelas atau tidak ingin pergi kesekolah
- Performa akademik menurun
- Berbagai pengalaman anak berkontribusi dalam membentuk mereka menjadi orang dewasa nantinya. Sehingga dampak dari bullying juga dapat bertahan lama hingga dewasa, diantaranya, memengaruhi pola pikir mereka dan cara mereka mamandang diri sendiri serta orang lain.
Apa dampak bullying bagi pelaku?
Bullying tidak hanya berdampak bagi korban tapi juga berdampak bagi pelaku, seperti :
- Tumbuh sebagai individu yang agresif
- Dapat terlibat dalam perilaku kriminal dan berbahaya
- Merasa dirinya benar dan mengulang perilakunya karena tidak memperoleh konsekuensi yang tepat
Pentingnya Orangtua Mengenal/Memahami Bullying
Korban Bullynging biasanya lebih pendiam, kurang percaya diri dan memiliki perbedaan tertentu dengan orang lain. Karena dibully, mereka akan merasa semakin malu atau takut untuk menjadi dirinya sendiri.
Malu dan takut bercerita pada orang dewasa. Berfikir orang dewasa tidak akan membantu dan malah akan memperburuk keadaan jika mereka bercerita
Orangtua memahami bullying dan dampaknya
- Mencegah anak menjadi pelaku dan korban bullying
- Menangani dengan serius dan tepat jika anak menjadi pelaku maupun korban
- Merespon dengan sungguh sungguh dan tidak menganggap sepele
- Mendorong anak untuk terbuka mengenai isu bullying
- Berdiskusi dengan anak mengenai dampak bullying
Membedakan konflik dan bullying
Konflik
- Adanya perbedaan pendapat/ketidaksepakatan antara anak dan teman
- Menyadari perilakunya makin menyakiti teman dan berusaha mengubahnya
- Anak dan teman mungkin sama-sama merasakan marah/kesal/sedih
Bullying
- Menyakiti secara sengaja, misal mengejek, mengamcam dan lain sebagainya
- Tetap dilakukan meski tahu teman tersakiti atau tidak suka
- Hanya korban yang merasakan emosi negatif dan tidak berdaya
Bagaimana cara mengajarkan perbedaan pada anak?
- Memberikan edukasi mengenai ras, gender, disabilitas, penampilan fisik dan memaparkan anak pada berbagai perbedaan
- Menggunakan buku cerita, video, poster dan lain sebagainya, mendorong anak berteman dengan siapa saja
- Ketika anak berkomentar mengenai perbedaan, diskusikan dan tanyakan pendapat anak mengenai hal itu. Hindari langsung memarahi dan meminta anak untuk berhenti. Contohkan anak untuk memberi label/sebutan/memanggil orang lain dengan tepat/netral "teman kamu yang memakai baju merah dan rambutnya diikat bukan teman kamu yang gendut itu lho"
- Contohkan perilaku hormat dan saling menghargai antar sesama
- Gunakan bahasa yang sopan dan istilah yang tepat ketika membicarakan sesuatu, misal disabilitas. "Anak autis menjadi anak yang mengalami autisme"
- Mencari dan mendiskusikan persamaan yang dimiliki meski terdapat perbedaan. Sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, sama-sama ingin bermain dan berteman, sama sama bisa merasa sedih, marah dan lain sebagainya
- Fokus pada kekuatan/kelebihan anak dan orang lain, dibandingkan fokus pada penampilan fisik.
Puji usaha dan kemampuan anak dibandingkan hanya memuji penampilan (misal cantik, ganteng, lucu) - Ajarkan anak mengenal empati, bantu anak mengenal emosi sendiri dan orang lain. Diskusi melalui buku, film, mengajak anak melakukan hal baru diluar kebiasaan atau minatnya
Membuka Komunikasi Dengan Anak
Banyak kasus bullying terjadi karena kurangnya komunikasi dengan anak baik di rumah maupun disekolah, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik dengan anak.
Di Keluarga
- Menjadi teman anak
- Membangun Budaya Cerita
- Menerima Fakta yang dihadapi Anak
- Menerima apa yang dirasakan anak
- Tidak selalu melihat salah atau kurangnya anak
Di Sekolah
- Membuka ruang diskusi/curhat
- Memberi pendampingan dan bimbingan
- Memberikan jaminan rasa aman kepada korban bullying
Baca Juga : Membangun Momen Bonding Bermakna Dengan Anak
Bersama Mencegah Bullying
Di Rumah
- Orangtua mengasuh dan mendidik anak menuju dewasa secara mental, sehingga anak memiliki kesanggupan belajar, berfikir, peduli, memahami kepentingan orang lain, sanggup kecewa, berjuang dan sanggup mengambil keputusan secara rasional dan mandiri.
- Membangun kedekatan dengan anak, memantau dengan siapa anak bergaul dan apa saja yang selama ini anak tonton di gadgetnya.
Masyarakat
- Masyarakat tidak meremehkan perilaku bully
- Tidak menghakimi korban
- Melapor jika melihat tindak kekerasan pada anak
- Lapor melalui Layanan SAPA 129 dapat diakses melalui hotline 021-129 atau whatsapp 08111-129-129.
- Layanan Telepon Sahabat Anak (TePSA) Kemensos dapat diakses dengan menghubungi 1500771
Sekolah/Institusi/Lembaga
- Institusi/Lembanga melakukan pengawasan hingga menerapkan atau menegakkan aturan dan memberi batasan yang jelas, menjalankan sosialisasi diawal, memberi teguran, konsekuensi, hingga sanksi untuk pelaku.
- Memberi wadah yang aman untuk pelapor adanya tindak perundungan
- Memahami dan mengetahui kondisi anak didik
Baca juga : Pola Pengasuhan Kolaboratif
--
Itulah hasil catatan saya setelah mengikuti webinar "101 Pencegahan Bullying : Cara Mengenalkan Perbedaan Pada Anak" bersama Campaign.com semoga informasi tentang perbedaan antara bullying dan konflik dapat dipahami bagi orang tua dan calon orang tua.
Elly Nurul
Tidak ada komentar