Ngobrolin Hutan Sosial dari Buku Lima hutan satu cerita

ngobrolin hutan sosial dari bedah buku lima hutan satu cerita

Setelah Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) mendapat izin kelola hutan, lalu bagaimana dengan kemampuan kelompok usaha perhutanan sosial dalam meningkatkan produktifitas dan nilai pasar?


Dalam meningkatkan produktifitas, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) membutuhkan pendampingan yang mampu bekerja secara konsisten untuk membantu mengembangkan usaha tani perhutanan sosial sehingga memiliki nilai pasar yang bagus.


Hello..

Ngobrolin Hutan Sosial memang bukan kali pertama bagi saya, sebalumnya saya hadir dalam diskusi “Refleksi Hutan Sosial 2018” Dialog dengan Tokoh Hutan Sosial TEMPO 2018, lalu diajak melihat bagaimana pelaksanaan Panen Raya Udang Vaname di Muara Gembong.

Sangat antusias!, itu yang saya rasakan ketika Ngobrolin Hutan sosial, kenapa? karena sebagai warga yang tinggal di Ibukota Jakarta dan jauh dari hutan, saya sangat penasaran bagaimana masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dapat bertahan hidup serta berjuang untuk meningkatkan perekonomian mereka.

"Perhutanan Sosial adalah Sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya".

Hasil perhutanan sosial memang sangat dipengaruhi oleh jenis hutan, sebagai informasi jenis hutan sosial di Indonesia terbagi menjadi 5 yaitu :
  1. Hutan Desa (HD) dengan tenurial HPHD atau Hak Pengelolaan Hutan Desa
  2. Hutan Kemasyarakatan (HKm), izin yang diberikan adalah IUP HKm atau Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan
  3. Hutan Tanaman Rakyat (HTR), izin yang diberikan adalah IUPHHK-HTR atau izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu -Hutan Tanaman Rakyat
  4. Hutan Adat (HA), tenurialnya adalah Penetapan Pencantuman Hutan Adat
  5. Kemitraan Kehutanan (KK) dalam bentuk KULIN KK atau Pengakuan Perlindungan Kemitraan Kehutanan dan IPHPS atau Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial di Pulau Jawa

Bedah Buku “Lima Hutan, Satu Cerita”

Nah, pada Jum’at, 5 April 2019 saya menghadiri bedah buku “Lima Hutan, Satu Cerita” karya Tosca Santoso. Acara berlangsung di Ruang Rimbawan I, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

Seneng banget saya bisa bergabung bersama ratusan penggiat lingkungan khususnya hutan dalam bedah buku “Lima Hutan, Satu Cerita” hasil kerjasama Forest Digest dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Yang membuat saya penasaran adalah, karena cerita yang disampaikan dalam buku tersebut berdasarkan pengalaman penulis selama mendampingi salah satu kelompok usaha perhutanan sosial lho. Seru banget ya.. jadi isi buku ini bisa mengambarkan bagaimana potret masyarakat dalam mengelola hutan sosial.

Acara bedah buku dimulai dengan pengantar tentang Perhutanan Sosial oleh Badja Hidayat, Pemimpin Redaksi Forest Digest sekaligus menjadi moderator bedah buku.

Adapun buku "Lima Hutan, Satu Cerita" ini menceritakan tentang pengalaman penulis dalam 5 hutan sosial yaitu :
  1. Merawat Mengrove di Padang Tikar
  2. Hutan Adat, Mata Air Ribuan Hektar Sawah
  3. Ketika Hutan Rakyat Lampaui Luas Hutan Negara
  4. Dungus, Bernaung Jati Setengah Mati
  5. Sarongge: Hutan, Kopi dan Mimpi Petani

ngobrolin hutan sosial dari bedah buku lima hutan satu cerita
Badja Hidayat, Pemimpin Redaksi Forest Digest sekaligus menjadi moderator bedah buku


Seharusnya acara bedah buku “Lima Hutan, Satu Cerita” ini akan dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Ibu Siti Nurbaya. Namun karena pesawatnya delay jadi pengantar pembukaan bedah buku diwakilkan oleh Bapak Direktur Jenderal PSKL, Bambang Supriyanto.

Direktur Jenderal PSKL, Bambang Supriyanto menjelaskan dalam sambutannya bahwa kapasitas kelembagaan dan kewirausahaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) ataupun Kelompok Tani Hutan (KTH) akan dikembangkan dalam pengelolaan sumber daya hutan.

Jadi, saat ini KLHK mengarahkan LMDH dan KTH, agar dapat bertransformasi menjadi Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) yang mandiri.

ngobrolin hutan sosial dari bedah buku lima hutan satu cerita
Direktur Jenderal PSKL, Bambang Supriyanto "Ngobrolin Hutan Sosial", di Jakarta, Jumat (5/4/2019).


KLHK membuat tingkatan kemandirian KUPS dengan beberapa kategori, yaitu:
  • Biru, baru mendapatkan ijin hak pengelolaan hutan sosial
  • Silver, sudah menyusun rencana kerja (bisnis plan) dan sudah melakukan kegiatan usaha
  • Gold, telah memiliki unit usaha dan memasarkan produk
  • Platinum, telah memiliki pasar yang luas baik nasional maupun internasional

Dari total KUPS sudah terbentuk yaitu 5.572 KUPS, baru 1.712 unit yang masuk dalam katogori silver, yaitu sudah mempunyai rencana kerja atau bisnis plan dan 188 KUPS yang telah berada dalam kategori Gold dan Platinum.

Menurut Pak Bambang, untuk mencapai keberhasilan dan kemandirian usaha KUPS, peran para pihak untuk pengembangan hutan sosial terkait dengan ivestasi, teknologi dan kelembagaan kelompok, fasilitasi infrastruktur, pendampingan, penyuuhan juga pengawasan mutlak diperlukan.


Dengan keterlibatan para pihak maka keberhasilan hutan sosial sebagai terobosan kebijakan program yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengelolaa hutan sosial sebagai bukti alternatif nyata membawa manfaat kelestarian hutan.

ngobrolin hutan sosial dari bedah buku lima hutan satu cerita
Narasumber Ngobrolin Hutan Sosial dan Bedah Buku Lima Hutan Satu Cerita (5/4/19) 


Dalam bedah buku "Lima Hutan, Satu Cerita hadir sebagai narasumber yaitu:
  1. Ibu Diah Suradiredja, Anggota Pokja Perhutanan Sosial
  2. Bapak Didik Suharjito, Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB

Menurut Ibu Diah Suradiredja bahwa buku "Lima Hutan, Satu Cerita" memberikan kritikal kepada Pemerintah, bagaimana capaian kerja yang baik dalam 4 tahun, tapi juga masih memiliki kendala, seperti birokrasi yang lambat, sehingga dirasakan masih mengganggu.

Ibu Diah juga menyampaikan bahwa, dari buku "Lima Hutan, Satu Cerita" sangat jelas bahwa ujung tombak kesuksesan hutan ada di pendamping. Bagaimana pendampingan antar pengelola hutan untuk mendorong perekonomian dan pendampingan juga memerlukan investasi, tidak murah, maka perlu dipersiapkan jika hendak mengirim pendamping.

Menurut Bapak Didik Suharjito bahwa pembelajaran peningkatan kapasitas penguatan hutan sosial harus terus dilakukan dan masyarakat diajak untuk menyiapkan risiko yang mungkin saja terjadi. Harus terus dipantau, dari 5 ribu kelompok yang sudah mendapat ijin, berapa yang sudah didampingi, bagaimana modal menjadi faktor saat masyarakat menerima ijin perhutanan sosial.

ngobrolin hutan sosial dari bedah buku lima hutan satu ceritaIbu Diah Suradiredja, Anggota Pokja Perhutanan Sosial, Bapak Didik Suharjito, Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB, Tosca Santoso, Penulis Buku dan Badja Hidayat, Moderator


Menurut Tosca Santoso, yang menjadi kendala di lapangan adalah bagaimana setelah mendapatkan izin pengelolaan hutan, mereka tidak ada ide untuk meningkatkan produktifitas dan nilai pasar.

Misalnya di Dumus, Jawa Timur disana potensi coklat sangat bagus, tapi petani disana hanya menanam Jagung. Tantangan bagi pendamping adalah menyakinkan petani untuk meningkatkan produktifitas agar mendapatkan nilai pasar yang tinggi.

Menurut Tosca Santoso, sebuah Hutan Sosial dikatakan berhasil jika:
  1. Subjeknya tepat, yang mendapatkan lahan adalah kelompok yang tepat, antusias untuk mendapatkan produktifitas baru, yang membutuh tanah untuk usaha atau kelompok yang memang membutuhkan tanah (petani sungguhan).
  2. Pendamping yang konsisten, mau kerja dilapangan, mikirin produk yang memiliki nilai pasar bagus.
  3. Banyak pihak terlibat, seperti relawan, perbankan dan lain-lain. Misalnya yang terjadi di Sarongge, dari 35 hanya 8 anggota yang memenuhi syarat administratif. Semua pihak harus duduk bersama untuk skema administratif yang seragam.

Tentang Penulis

Tosca Santoso menjadi jurnalis hampir tiga dekade. Di akhir masa otoriter Orde Baru, ia Pernah mengelola terbitan bawah tanah, Independen. Ia mendirikan Kantor Berita Radio (KBR) tahun 1999, yang kemudian berkembang menjadi jaringan radio terbesar di Indonesia. Tahun 2017, ia ditunjuk menjadi dewan pegawas LKBN Antara.

Lima hutan, satu cerita adalah liputan terbarunya, yang mengangkat perhutanan sosial di beberapa kabupaten. Program ini merupakan bagian dari Reforma Agraria yang dicanangkan Jokowi.

Sebagai jurnalis, ia memperoleh beberapa penghargaan seperti : Kningt Internasional Journalism Award, Amerika Serikat (2010), Communication and Social Changes Award dari Queensland University, Australia (2010). Press Award dari The Asia Foundation (2005). Penghargaan Rob Bakker dari Internasional Federation of Journalist (1995). Dan Karena upayanya mengembangkan KBR, ia dianugaerahi Indonesia Social Entrepreneur of the Year 2010.

Kesimpulan

 
  1. Buku "Lima Hutan, Satu Cerita" ditulis dengan gaya penulisan yang story telling dan juga berdasarkan pengalaman pribadi penulis, sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
  2. Buku yang sangat layak untuk pembelajaran tentang Hutan Sosial, ada 5 ribu hutan sosial yang bisa ditulis, seandainya setiap pelaku usaha Hutan Sosial bisa menulis pengalaman dan kisahnya sendiri, masyarakat luas bisa mengenal Hutan Sosial dan manfaatnya secara lebih luas.
  3. Buku ini diharapkan menjadi salah satu upaya mendorong peningkatan usaha hutan sosial, tentunya dengan keterlibatan banyak pihak untuk meningkatkan produktifitas para pelaku usaha Hutan Sosial.
  4. Sesungguhkan para pelaku usaha Hutan Sosial membutuhkan pendampingan, sebelum, saat dan sesudah mendapatkan ijin kelola Hutan Sosial.
  5. Pendamping kelola Hutan Sosial diharapkan dapat menjalankan tugas pendampingan dengan baik agar, fungsi kelola hutan dapat berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan produk hutan yang berkualitas, memiliki nilai pasar dan dapat memiliki pasar di dalam negeri maupun luar negeri.

Buat kamu yang tertarik utuk mempelajari tentang Perhutanan Sosial, follow sosial media Forest Digest untuk mendapatkan informasi yang terkini tentang lingkungan dan hutan sosial.

Twitter @forestdigest
Instagram @forestdigest
facebook @majalahforestdigest


Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi dalam tulisan saya selanjutnya tentang perhutanan sosial.

Salam hangat,
Elly Nurul

26 komentar

  1. Anonim berkata...
    Aku baru tau ada istilah hutan sosial. Meski ibu menteri ga dtg, acaranya ttp seru ya mba :)

    Mba Elly cantik bgt deh meski ditutup sama buku juga :)

    BalasHapus
  2. Wah5x kagum bunda pada kepiawaian penulis mengemas tulisannya.Baru tau dari acara bedah buku ini kl ada beberapa macam jenis hutan sosial. Berbobot banget nih kontennya.

    BalasHapus
  3. Saya baru tau istilah hutan sosial. Bukunya menarik karena dikemas dalam bentuk story telling. Tetapi, karena saya belum punya bukunya, kayaknya akun media sosialnya dulu. Supaya lebih tau banyak tentang hutan sosial

    BalasHapus
  4. Mengenalkan hutan dengan segala ceritanya melalui buku asyik juga ya. Apalagi gaya bahasanya story telling begitu. Buat yang awam mengenai hutan jadi mampu menikmati isi bukunya ya, Mbak. Suami saya pernah meneliti hutan di kawasan Bandung Utara, pas diceritaain dia ketemu apa saja, aku jadi tertarik.

    BalasHapus
  5. Penasaran sama bukunya mbk. Apalagi bahasannya tentang hutan sosial yang aku sendiri belum tahu jelasnya seperti apa. Terlebih lagi buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis sendiri. Makin mupenglah dirikuh.

    BalasHapus
  6. hehehe, baru denger istilah hutan sosial, keren juga ya bukunya, apalagi kalau ditulis dengan story telling.
    Dijamin yang baca lebih mudah mengerti :)

    BalasHapus
  7. Hutan sosial, saya baru tahu juga nih tentang istilah ini. Tapi saya jadi penasaran juga dengan isi buku Lima Hutan Satu Cerita ini, apalagi ditulis berdasarkan pengalaman dan pengamatan sang penulis. Tak mudah loh menyajikan data dan fakta yang dibalut dengan story telling. salut.

    BalasHapus
  8. Sama seperti komentar diatas mbak, saya juga baru tahu tentang hutan sosial. Tulisan yang membuat pembacanya makin penasaran tapi bersyukur ya mbak ada bukunya yang dikemas dengan gaya bahasa story telling, pastinya memudahkan pembacanya paham akan hutan sosial. TFS ya mbak... Jadi nambah ilmu tentang hutan sosial....

    BalasHapus
  9. Baru tahu istilah Hutan Sosial. Seandainya Mbak Elly ga ikutan dan nggak nulis, aku mungkin nggak akan tahu dengan Hutan Sosisal yang ternyata masih terbagi menjadi 5 jenis lagi.

    BalasHapus
  10. Awalnya aku mengira buku seperti ini agak susah dipahami. Teryata story telling ya. Pantas jadi salah satu bacaanku :)

    BalasHapus
  11. Dengan story telling pembaca jadi gak males bacanya ya Mak. Makasih sharingnya Mak Say.

    BalasHapus
  12. Sebenarnya buku ini temanya agak berat ya, Mbak. Tapi karena gaya penulisannya storry telling dan berdasarkan pengalaman penulis, buku ini jadi lebih menarik dan mudah dipahami ya ...

    BalasHapus
  13. 5 Hutan 1 Cerita, dari judulnya saja kelihatan menarik apalagi ditulis dengan gaya storytelling. Jadi penasaran dengan isi bukunya meski saya gak terlalu paham sih dengan kehutanan. Istilah hutan sosial pun baru saya tahu setelah baca postingan ini.

    BalasHapus
  14. Sneneg banget baca buku semacam ini pastinya ya. Semacam refleksi atas apa yang kita lakukan terhadap bumi dan menyadari bahwa hutan memang harus mendapat perhatian khusus sebagai menyokong sumber oksigen demi keberlangsungan hidup kita. Ah keren banget pasti bukunya

    BalasHapus
  15. Kak Elly boleh pinjem bukunya ga kayaknya bagus ya sebagai pengingat buat kita juga apalagi disampaikan dengan story telling.

    BalasHapus
  16. Barokallah Mba Elly bisa ikutan acara serunya
    aku penasaran sama bukunnya, siapa tahu bisa jadi referensi aku menuliskannya heheh
    hutan salah satu yang kita butuh untuk tetep dapet udara yang segar

    BalasHapus
  17. WAh, bagus banget nih bukunya. Dulu aku kerja di kantor yang produksinya secara tidak langsung mengeksploitasi hutan alam mba. Jumlahnya massive banget dan sebenarnya cukup ngeri juga membayangkan sekian ribu kubik terus dibabat tahun demi tahun.
    Malah yang hutan sosial ini tidak paham sekali. Buku ini dijual bebaskah mba? Pengin beli dan bacaa nih soal pengembangan hutan sosial. Pasti banyak kendalanya ya karena banyak sekali faktor yang saling berkaitan kalau sudah bicara tentang pengelolaan hutan.

    BalasHapus
  18. bagus untuk punya lebih banyak referensi seperti ini supaya bisa lebih aware dengan isu hutan dan berbagai pengaruhnya untuk hidup kita

    BalasHapus
  19. Indahnya alam Indonesia bisa dilihat dari buku 5 Hutan 1 Cerita yaa..
    Asik niih.. kayanya kalau anak-anak ikutan di edukasi mengenai pentingnya pohon dan habitat alaminya.

    BalasHapus
  20. Duh, kudet saya dengan info soal hutan ini. Jadi kepengen tahu lebih lanjut deh soal bukunya. Kepoin akun medsosnya ah. Malu sama anak-anak yang suka nanya-nanya soal hutan.

    BalasHapus
  21. wah cerita tentang hutan indonesia. saya suka banget. sebagai pecinta hutan penasaran banget ni sama bukunya

    BalasHapus
  22. Aku gugling Tosca Santoso ini kok kyknya namanya gak asing yaaa...Ternyata pernah ketemu orangnya langsung pas playdate ma anak2 di BSD yg bahas ttg hutan kota bbrp waktu lalu :D, si penulis buku ttg Sarongge itu. Oh ini buku terbarunya ya mbak, penasaran pengen baca sendiri bukunya :D

    BalasHapus
  23. Ngomongin hutan emang hrus lebih banyak dan bertambah terus yg peduli. Siapa lg yg jaga hutan kit klo bukan kita sendiri. Makasih sharingnya Mba

    BalasHapus
  24. Hutan ini penting banget ya untul kelestarian banyak spesies,gak hanya manusia saja yang butuh. Semoga tetap lestari. Dan penulis ini menulis 5 cerita yang berbeda. Jadi penasaran sama bukunya.

    BalasHapus
  25. Saya juga selalu antusias dengan bahasan tentang hutan dan air karena dua hal ini yang membuat dunia tetap hijau dan hidup.

    Lengkap banget ulasannya mbak. Jadi ikut belajar beberapa istilah hutan.

    BalasHapus
  26. kak Elly, boleh pinjem bukunya nggak? baca postingamu ini bikin aku penasaran pengen baca lengkap buku itu kak

    BalasHapus