Bersama ketua rombongan tamu.. *ketua rombongan berambut putih
13 Juli 2012, Jum'at pekan kedua kami berada di Wellington, kami mendapatkan undangan "Powhiri at Marae" dari Victoria University of Wellington. Acara ini seperti upacara penyambutan untuk para pendatang atau tamu dari luar New Zealand khususnya para pelajar yang memilih Victoria University sebagai tempat untuk menuntut ilmu.
Kami delegasi Paramadina berbaur menjadi satu dengan seluruh mahasiswa baru di University Hall Victoria University of Wellington. Kami mendapatkan penjelasan mengenai ritual "Powhiri", ada beberapa ritual yang akan kami jalani yaitu karanga, Haka, Hongi dan Makan-Makan, kami juga menyanyikan sebuah lagu dengan menggunakan bahasa maori. Maori adalah sebutan bagi penduduk atau suku asli New Zealand, suku maori sangat menjunjung tinggi adat & budaya-nya sehingga kami para pendatang sangat mengaguminya.
at Univeristy Hall Victoria University of Wellington
Tradisi powhiri (penyambutan tamu) tergolong sangat
unik. Kami berkumpul di depan sebuah gerbang kayu penuh ukiran khas Maori
menghadap ke arah Marae (rumah adat Maori) dengan rombongan perempuan berbaris
di depan dan laki-lakinya berbaris di belakang. Hal ini dilakukan untuk
menunjukkan bahwa rombongan tamu datang ke Marae dalam niat damai.
Seorang pria berambut putih (perwakilan Maori) memberikan briefing singkat kepada
kami tentang dengan tata cara powhiri. Menurut saya beliau adalah pria keturunan Maori, wajahnya
sangat khas, wajah kaku (serius) dan memiliki kulit kehitaman. Kata-kata yang beliau ucapkan begitu tegas dan lugas sehingga kami
dapat memahami bahwa acara powhiri adalah sebuah acara yang sangat
sakral bagi mereka.
Pria tersebut kemudian memimpin rombongan kami ketika Powhiri berlangsung, ada 2
rombongan yaitu rombongan tamu (rombongan kami) dan rombongan penyambut dari suku Maori. Kami berdiri
saling berhadapan dipisahkan dengan lapangan rumput pada jarak sekitar 10
meter. Kami para rombongan tamu berdiri di depan gerbang sementara penyambut
berbaris di depan Marae.
Kemudian pria Maori yang menjadi ketua rombongan kami berteriak memanggil ke arah rombongan penyambut yang intinya memberikan
introduksi seremonial tentang rombongan tamu. Panggilan itu kemudian dibalas
oleh seorang wanita penyambut tamu di sebrang sana. Prosesi panggil-memanggil
ini disebut dengan karanga. Semua prosesi tersebut dilakukan dalam bahasa
Maori. Setelah penyambut memberikan izin untuk masuk, kami bergegas menuju
Marae untuk mengikuti prosesi selanjutnya.
Marae adalah sebuah rumah bergaya khas Maori dengan ukiran-ukiran
khasnya mengingatkan saya pada ukiran-ukiran suku dayak dan asmat.
Marae at Victoria University of Wellington, Kelburn Campus
Di dalam Marae, kami dipersilahkan duduk, rombongan kami ada yang duduk di kursi kayu ada yang duduk lesehan diatas kasur matras, perwakilan rombongan kami yang duduk di kursi kayu saling berhadapan
dengan rombongan Maori penyambut. Maka dimulailah saling memberikan sambutan
dimulai dari kepala suku Maori dengan bahasa Maori yang kemudian ia terjemahkan
dalam bahasa Inggris. Di dalam Marae ini kami tidak diperkenankan untuk mengambil gambar (memotret).
Kepala suku Maori yang
memberikan sambutan terlihat tidak memiliki ciri keturunan seorang Maori,
selain badannya yang besar. Wajahnya lebih mirip dengan orang Arab dan kulitnya
cenderung putih, karena sudah bukan rahasia lagi bahwa terjadi pencampuran
antara para pendatang dengan penduduk asli New Zealand sejak ratusan tahun
lalu.
Kemudian kami berbaris untuk melakukan Hongi. Hongi
adalah cara khas suku Maori memberikan salam selamat datang kepada tamunya
dengan cara menempelkan dahi dan ujung hidung satu dengan lainnya sambil
menghirup udara melalui hidung secara bersamaan. Lucu, aneh, dan unik
sepertinya. Namun filosofi dibalik Hongi itu sungguh menarik sekali. Saya tidak melakukan hongi, ngga berani haha..
Sebenarnya proses Powhiri ini memiliki satu prosesi lagi
yaitu Haka. Haka merupakan penyambutan dengan mempertunjukkan gerakan-gerakan
penuh tenaga (gertakan) yang bermaksud untuk pamer kekuatan kepada rombongan
tamu. Haka ini bertujuan untuk memastikan pendatang yang
datang ke Marae memiliki niat damai. Gerakan gertakan yang cukup menggetarkan nyali itulah yang bertujuan agar tamu yang mungkin
memiliki niat tidak baik akan berubah pikirannya setelah melihat Maori Warrior
itu. Sangat disayangkan ritual haka tersebut tidak diperlihatkan.
Acara powhiri diakhiri dengan jamuan makan-makan di
ruangan yang berada tepat di sebelah Marae yang telah disiapkan oleh Panitia.
Suasana makan-makan setelah powhiri
Setelah acara makan-makan berakhir, kami lanjut funny foto di depan Marae..
Very sedang melakukan haka.. lucu ya hihi
Very and Kenny with Students from Vietnam
Selama di dalam Marae saya mengamati struktur
bangunannya yang terlihat tetap mempertahankan bentuk tradisionalnya, akan tetapi sentuhan modern tak bisa disembunyikan. karpet hangat dan pintu darurat pun melengkapi Marae tersebut. Interior dalam Marae penuh
dengan lukisan dan ukiran-ukiran Maori mulai dari dinding hingga bagian atap.
Salam,
Elly
Tidak ada komentar