Keluar Dari Zona Nyaman, Ya atau Tidak?

Are you really happy, or just really comfortable?
(Sumber gambar: psychologytoday.com)


Hollaaa apa kabar? semoga selalu dalam keadaan sehat ya.. sehingga dapat menjalankan aktifitas sehari-hari dengan baik.. Aamiin.

Sudah lama banget ngga update blog nih, kemana aja bu? hehe ada ko, belum kemana-mana, masih di Indonesia tercinta, dan masih menunggu harapan dan cita-cita yang belum terwujud.

InshaAllah, dengan bersyukur atas apa yang kita dapatkan hari ini, maka akan lebih bermakna dalam menjalankan hidup dan yakin bahwa segala sesuatu akan datang pada saat yang tepat atau bahkan datang dengan membawa hal lebih dari apa yang kita duga.. Aamiin

Berbicara tentang harapan dan cita-cita, tentunya harus diraih dengan usaha yang maksimal yess, tidak hanya menunggu dengan santai, setuju ya bro and sis!. Tapi.. terkadang santai itu asik sih, apalagi cuaca saat ini mendung-mendung bikin mager alias malas gerak.. mau memulai sesuatu malasnya kebangetan, waktu terus bergulir hingga masuklah waktu shalat dzuhur lalu ashar sampai akhirnya berganti hari.. hiks.

Waktu terbuang karena tidak dipergunakan dengan baik, kejadian ini sering banget sih terjadi dalam hidup saya.. punya harapan dan cita-cita tinggi kok masih santai seperti dipantai, memang pengen dicubit nih.. sepertinya saya sudah terlalu nyaman dan santai dalam menjalani hidup atau istilah kecehnya berada dalam “Zona Nyaman”. Lalu apakah baik jika kita selalu  berada dalam Zona Nyaman?.

Apa Itu Zona Nyaman?

Istilah ‘Zona Nyaman’ sudah sering kita dengar, yaitu sebuah situasi dimana seseorang merasa santai, nyaman, tanpa tekanan serta merasa bebas bersenang-senang.

Ketika seseorang sudah merasakan hal-hal tersebut, maka akhirnya akan malas untuk keluar dari zona nyaman, karena, seseorang akan berkata ‘mengapa meninggalkan semua ini, toh semuanya sudah serba enak’, istilah jaman now, “loe keluar dari zona nyaman, kelar hidup loe” jadi, cari aman aja deh, hidup sudah berat jangan ditambah berat!.

Nyaman berada dalam zona nyaman, apa berbahaya?

Sering kita mendengar kalimat ‘bahaya jika sudah betah pada zona nyaman dan tidak berani keluar’ lalu, seberapa bahayanya sih jika kita tidak berani keluar dari comfort zone alias zona nyaman?

Tanpa disadari bahwa zona nyaman sudah membuat seseorang sulit untuk berkembang, karena selalu melakukan hal-hal yang monoton, tidak ada inovasi atau hal-hal baru yang dikerjakan sehingga tidak mengasah kreatifitas, skill, kemampuan atau keahlian yang dimilikinya.

Jangan sampai zona nyaman membuat seseorang tidak peduli bahwa sesungguhkan dirinya memiliki keahlian atau kemampuan yang dapat dikembangkan lebih baik lagi dari kondisi sekarang.

Stay or Resign?

Hayoo siapa yang memiliki keberanian untuk mengambil resiko yang akan timbul di luar sana dari apa yang telah di dapatkan sekarang ini? siapa siapa siapa?

Saya berani dong, walaupun ada keraguan diawal, namun akhirnya saya memberanikan diri untuk resign dari sebagai karyawan tetap pada perusahaan X. Realistis aja sih, rasa takut itu wajar, apalagi belum mendapatkan pekerjaan sebagai pekerja kantoran di tempat baru.

Stay or resign adalah pilihan, pilihan sulit tapi ya harus ditetapkan pilih yang mana? Akhir tahun 2017 saya memutuskan untuk mencukupkan masa bakti pada perusahaan x, saya rasa pengabdian saya sudah cukup, sudah saatnya mengembangkan kemampuan yang saya miliki ditempat lain. Bagi saya itu adalah alasan yang paling bijak, ciee.. layaknya pejabat pemerintah aje nih saya.

Berada dalam zona nyaman itu memang membuat kita kehilangan banyak kesempatan yang sebenarnya sangat terbuka lebar di depan mata. Sebagai contoh, saat kita bekerja diperusahaan x dan kita merasa sudah nyaman banget dengan pekerjaan kita, lingkungannya dan hal-hal lainnya.

Kenyamanan tersebut membuat kita jadi malas untuk keluar dari pekerjaan kita sekarang, padahal kita mampu loh untuk mendapatkan pekerjaan lain yang lebih dari kemampuan kita sekarang dan mungkin lebih dihargai. Kita tidak akan pernah tahu jika kita tidak mencobanya.. huhu sayang banget kan jika kita tidak mau keluar dari zona nyaman!

Bagi yang masih dalam usia muda atau usia produktif, bisa lebih out of the box, jangan sampai kenyamanan menengelamkan masa emas usia produktif, selagi muda, cari pengalaman sebanyak-banyaknya, pengalaman tidak ada datang sendiri tapi harus dicari.. aish, saya ngomong gini berasa tua banget deh.

Comfort Zone! Yes or No?

Menurut saya penting banget untuk keluar dari comfort zone supaya kita bisa mengembangkan diri. Dengan berani keluar dari comfort zone, jalan menuju kesuksesan yang kita inginkan, InshaAllah juga akan terbuka lebar! Aamiin Ya Robbal Alaamiin.

Dengan keberani dan keyakinan bahwa kita mampu adalah hal yang paling penting jika kita keluar dari comfort zone. InshaAllah semoga saya berani dan yakin bahwa saya mampu.. doakan ya.. sudah sebulan saya menikmati sebagai Ibu rumah tangga yang produktif dan saya menikmatinya.. Alhamdulillah berat badan juga ikutan naik nih, haha penting banget ya sis!

Menjadi Ibu Rumah Tangga Yang Produktif

Pekerjaan Digital

Setelah keluar dari comfort zone, lalu mau kemana? banyak pekerjaan halal dan tentunya asik yang bisa kita lakukan, jika masih menginginkan menjadi pekerja tetap di sebuah perusahaan atau kerja kantoran, bisa mencoba kekuatan networking untuk cari-cari informasi lowongan pekerjaan.

Jika masih belum mendapatkan pekerjaan tetap, bisa mengambil perkerjaan digital sebagai pekerja freelance. Sesungguhnya pekerjaan sebagai freelancer itu membuat seseorang menjadi lebih produktif lho, waktu tidak dihabiskan 8 jam di kantor, apalagi jika pekerjaan bisa dilakukan dari rumah, pekerjaan rumah tangga selesai dan pekerjaan digital pun selesai, tanpa harus keluar rumah dan keluar biaya transportasi. Bahagianya.. bisa punya waktu lebih banyak bersama anak-anak dirumah.

Perkerjaan digital juga bisa melalui blog dan media sosial lainnya, waktunya juga sangat fleksibel, kapan dan dimana saja bisa bekerja dan menghasilkan uang. Yaa.. paling tetangga pada bingung, itu mamanya si K dirumah terus sih, setiap pagi belanja sayur, siang jemput anaknya sekolah, sore nemenin anaknya main di taman, hari kerja bukannya dikantor malah dirumah aja, lagi cuti atau sudah ngga kerja lagi?

Siap-siap juga menerima banjir pertanyaan dari temen-temen lama melalui DM or WA, tanya “eh, loe masih di perusahaan x ngga sih? kok sosmed loe banyakan postingan ini itu sih..”

Haha suer itu semua terjadi pada diri saya dan suka atau tidak suka ya harus dihadapi. Menjawab pertanyaan melalui DM or WA juga sih, namanya juga micro influencer yess suka banyak yang kepo tanya ini itu, apalagi selepas posting kerjaan dengan brand yang melibatkan anak-anak saya, atau brand makanan atau minuman lainnya.. teman-teman tuh mengira saya artis karena di endorse sana sini.. Aamiin Ya Rab

Berbisnis atau Berdagang

Stop beranggapan bahwa seorang Ibu rumah tangga itu hanya mengerjakan pekerjaan rumah seputar dapur, sumur dan kasur saja. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang Ibu rumah tangga, seperti mencari peluang bisnis yang ada disekitar tempat tinggal kita.

Bisa memulai dengan membuka toko sendiri atau bisa memulai dengan menjadi reseller, jangan malu menjadi reseller karena banyak pengusaha sukses sekarang yang memulai bisnisnya menjadi reseller loh.

Cintai Pekerjaan

Apapun jenis pekerjaan kita saat ini, harus dijalankan dengan rasa suka bahkan cinta. Tau kan kalo kita suka or cinta sama seseorang pasti akan maksimal banget ngejalaninnya, begitu juga dengan pekerjaan, sebagai pekerja tetap atau lepas atau freelance tetap berikan yang terbaik alias profesional.

Dengan bekerja secara profesional, InsyaAllah rezeki akan datang, sesungguhnya Tuhan Yang Maha Esa melihat proses seseorang menuju apa yang diharapkan atau dicita-citakannya. Dan semua yang terjadi adalah buah dari proses yang dijalankan dengan kesabaran dan juga kecintaan atas pekerjaannya tersebut.

Comfort Zone, Stay or resign, that’s your choices!

Salam hangat,
Elly Nurul

12 komentar

  1. aku yes kak! Pun selama ini selalu ambil part time ya di radio. Tapi memang salah satu yang kadang bikin boring konon katanya antara hati dan apa yang kita kerjain bertentangan jadi nggak cinta itu pekerjaan. Aku bakat juga berdagang hahaha

    BalasHapus
  2. Pengalaman sy beberapa tahun lalu keluar dari sebuah perusahaan dan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sekaligus blogger diwaktu senggang ternyata mengasyikkan.

    BalasHapus
  3. Zona nyaman memang bikin orang..sorry kadsng jadi malas&ga kreatif,padahal dua bisa. Bisa mengubah lebuh baik&bermanfaat buat oranglain. Aku termasuk orang yang berani berspekulasi dari zona nyaman ke zona antah berantah wkwkwk. Setidaknya pernsh keluar dari posisi kerjaan bagus& mmemutuskan jalan-jalan,cari duit cuma dari nulis. Ini tahun 2004, hasilnya? Nano-nano

    BalasHapus
  4. Ini beneer banget. Justru kalau aku sendiri suka resah dan gelisah berada di zona nyaman. yakin hidupnya mau gitu-gitu aja? Kemudian ambil tantangan baru yang mengasah skill yang belum terwujud

    BalasHapus
  5. Aaaa suka banget sama tulisan ini, jadi semangat lagi gali potensiku nih mbak Elly.

    BalasHapus
  6. welcome to stay at home mom, mbak elly. Bisa bepergian sesekali ikut event yaa

    BalasHapus
  7. Emang butuh keberanian yang gak sedikit ya mbaak buat memutuskan resign dari kerjaan.. Welcome to stay at home mom world, hihihi

    BalasHapus
  8. Terus terang pas zaman awal resign tuh aku mengalami masa2 galau gtu mbak. Apalagi yg ada hubungannya dgn biasanya terima gaji tiap akhir bulan skrng gak hehe. Tapi ya gmn yaaaa. Itu jg yg dipertimbangkan sblm ambil keputusan. Jd emang kudu dipikir bener2 dan mikirin aktivitas lain apa yg sekiranya bisa sbg pengganti biar gk "butek2" amat di rumah hihihi maaf komen kepanjangan sekaligus cucrol :P

    BalasHapus
  9. Template baruuu..lebih seger.
    Kalau ditanya begitu, aku milih stay aja. Udah ketahuam penghasilan pekerjaan digital lbh besar dari gaji suamiku hahahha

    BalasHapus
  10. Comfort zone yang sangat harus saya tinggali alias resign terakhir itu ketika saya memutuskan berhijab. Teman2 saya juga banyak yang spt mba Elly, memutuskan resign demi stay full mengurus keluarga. Karena memang skill dan wawasan yang ada, rezeki mereka pun juga nggak kalah banyaknya dari rumah :)

    BalasHapus
  11. Mau minta saran kak, istri dan anak tinggal di purbalingga sedangkan saya tinggal di jogja kerja sbg karyawan swasta dg hasil di bilang yah lumayanlah, tapi semakin besar si buah hati saya merasa tidak nyaman tidak tinggal satu rumah, saya bertemu keluarga satu minggu sekali bahkan dua minggu. Pengin rasanya pindah ke purbalingga tapi masih belajar mau usaha apa, istri gak mau ke jogja karena trauma gempa . mohon solusinya kak trima kasih

    BalasHapus
  12. Mau minta saran kak, istri dan anak tinggal di purbalingga sedangkan saya tinggal di jogja kerja sbg karyawan swasta dg hasil di bilang yah lumayanlah, tapi semakin besar si buah hati saya merasa tidak nyaman tidak tinggal satu rumah, saya bertemu keluarga satu minggu sekali bahkan dua minggu. Pengin rasanya pindah ke purbalingga tapi masih belajar mau usaha apa, istri gak mau ke jogja karena trauma gempa . mohon solusinya kak trima kasih

    BalasHapus