Orangtua yang memiliki anak lebih dari 1 pasti pernah atau bahkan sering mengalami situasi dimana kakak dan adik dirumah
bertengkar memperebutkan barang atau mainan yang sama?. Kakak dan adik bersaing untuk mendapatkan barang atau mainan yang mereka kehendaki, tidak ada yang mau mengalah, kakak dan adik sama-sama memiliki alasan mengapa sangat menginginkan barang atau mainan tersebut, hingga suara tangisan dari kakak atau adik yang muncul. Hal tersebut merupakan alamiah terjadi pada anak-anak, namun, kita sebagai orangtua harus waspada jika hal tersebut sering terjadi. Kakak dan adik sedang mengalami masalah kecemburuan, dalam istilah psikologi dinamakan Sibling Rivalry.
Apa itu Sibling Rivalry?
Dalam diskusi bersama Mommies Daily #MDLunch tanggal 30 Maret 2017 di Branche Bistro, Mba Nadia Pramesrani, M.Psi., Psi, Family Psikologist dan juga co-founder dari www.rumahdandelion.com menyampaikan bahwa Sibling Rivalry adalah keadaan anak mulai
merasa kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orangtua, hal tersebut
terjadi karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan orangtua kepada anak-anak, biasanya terjadi pada anak balita ketika ada sosok baru yang hadir dalam keluarga yaitu adik.
Setiap orangtua dapat mengenali tanda-tanda jika anak sedang mengalami Sibling Rivalry, seperti :
1. Manja (terlihat lebih manja dari biasanya)
2. Regresi (berperilaku seperti bayi atau kekanak-kanakan)
3. Agresif (perasaan kesal dan marah hingga
melampiaskan kekesalannya dengan cara mengganggu adiknya hingga terjadi kontak fisik)
Bagaimana Mencegah Sibling Rivalry?
Libatkan kakak dalam 4 proses, yaitu :
1. Ketika Sedang Menggandung
Untuk mencegah perasaan cemburu, ajak dan libatkan kakak saat pemeriksaan kandungan ke dokter, kakak dapat melihat calon adiknya ketika Ibu melakukan usg, orangtua bersama dokter dapat memberikan penjelasan bahwa di dalam perut Ibu ada adik bayi yang nantinya akan lahir dan bermain bersama kakak.
2. Ketika Melahirkan Di Rumah Sakit
Agar keberadaan Kakak tetap menjadi hal yang utama, tanyakan kepada kakak, ketika nanti Ibu melahirkan, kakak mau ikut ke rumah sakit apa dirumah saja?
berikan pilihan dan penjelasan, jika kakak dirumah sakit, setelah Ibu melahirkan dapat langsung melihat adik, tetapi akses di rumah sakit terbatas dan tidak bebas seperti dirumah dapat bermain dimana saja. Dan jika kakak memilih tidak ikut ke rumah sakit, maka berikan pengertian bahwa nanti Ibu akan pulang ke rumah bersama adik.
3. Ketika Tiba Di Rumah
Jika kakak tidak
ikut ke Rumah Sakit, ketika Ibu tiba dirumah, berikan adik kepada suami, Ibu atau pengasuh terlebih dahulu, lakukan quality time dengan kakak, peluk kakak agar kakak merasa tetap diperhatikan. Berikan pengertian bahwa adiknya sudah lahir dan nanti jangan kaget jika ada suara adik menangis. Juga libatkan kakak untuk bantu
mengurus keperluan adik, seperti perlengkapan mandi, baju, mainan dll, jangan paksa kakak, jika kakak tidak mau tidak apa-apa, tetap berikan pengertian setiap harinya sampai kakak mau membantu Ibu atas keinginannya sendiri.
4. 3-6 Bulan Pertama
Masa 3 hingga 6 bulan setelah adik dilahirkan adalah periode adabtasi, dimana kakak mendapatkan hal baru yaitu memiliki adik. Mama dan Papa akan membagi perhatiannya kepada adik. Orangtua harus lebih peka dan bersikap
adil dalam pengasuhan antara kakak dan adik. Selalu menjaga perasaan kakak, jangan membuat situasi dimana kakak merasa tidak diperhatikan, jika itu terjadi maka kakak akan cemburu terhadap adik.
Mba Nadia Pramesrani, M.Psi., Psi, sedang menjelaskan apa itu Sibling Rivalry!
Tersentil saya, dari 4 proses yang harus melibatkan kakak, hanya 2 proses yang telah saya terapkan, tidak heran jika anak-anak saya sering mengalami sibling rivalry. Tapi sebagai orangtua yang baik, jangan lelah untuk selalu belajar yaa.. tidak ada kata terlambat demi anak-anak tercinta :)
Mencegah Sibling Rivalry memang tidak mudah untuk dilakukan, dibutuhkan keterampilan (literasi parenting), kekompakan (buat rules atau kesepatakan yang sama antara mama dan papa dalam pembentukan karakter dan tumbuh kembang anak), konsistensi (terus menerus) dan kesabaran dari orangtua
dalam memperlakukan anak-anaknya. Hubungan orangtua (suami & istri) juga mempengaruhi, contohnya orangtua yang tidak harmonis atau sering bertengkar, anak-anak melihat, maka mereka akan mengikuti orangtuanya (menjadi emosional). Jangan dilakukan ya Mama dan Papa, karena anak-anak cepat sekali mengikuti tingkah laku orang terdekatnya.
Menurut Mba Nadia Pramesrani, M.Psi., Psi, dengan mengenali karakter masing-masing anak, juga dapat membatu orangtua dalam mencegah terjadinya Sibling Rivalry. Ada anak yang Easy child : cepat menangkap, mudah diberitahu akan baik dan buruknya dan ada juga anak yang Difficult
Child : memiliki intensitas emosi tinggi, memiliki kebutuhan gerak tinggi
(energinya banyak). Anak yang Difficult Child lebih membutuhkan penanganan dari orantua ketika konfik terjadi seperti : meredam emosi anak, membuat kegiatan yang meyenangkan hati anak, ketika emosi anak sudah mereda, ajak anak bicara untuk mengungkapkan perasaannya atas apa yang terjadi, berikan opsi, dan beri apresiasi jika anak sudah mengerti atau sudah mendapatkan solusi atas konflik yang terjadi.
Jangan me-label anak dengan sebutan "anak nakal", karena setiap anak itu cerdas dan istimewa, mereka memiliki keistimewaan masing-masing. Tugas orangtua memberi ruang agar anak dapat mengeksplorasi kemampuannya, orangtua mengamati hingga ditemukan bakat atau keahlian anak yang sesungguhnya.
Bagaimana Jika Sibling Rivalry Muncul Ketika Anak Usia ABG?
Sang kakak sudah kelas 5 SD (10-11 tahun) dan sang adik masih TK (4-5 tahun), sang adik sangat mengidolakan sang kakak, kemana kakak pergi selalu ikut, apa yang kakak lakukan maka adik juga ikut melakukan, kakak punya baju warna pink bergambar princes maka adik juga harus punya baju yang sama.
Tips yang harus dilakukan adalah : Buat kesepakatan bersama antara kakak dan adik, orangtua menjadi penengah, mendengarkan kakak mengungkapkan keinginannya dan memberi penguatan kepada adik atas keinginan kakak begitu pula sebaliknya hingga menghasilkan kesepakatan bersama. Kakak atau Adik boleh loh meminta apa yang menjadi haknya atau miliknya dan orangtua harus memberikannya. Lakukan quality time antara kakak dan adik, kakak dan adik pergi bersama (tentunya dalam pengawasan orangtua) beri kepercayaan kepada kakak untuk menjaga adik dan adik juga harus mendengarkan dan mengikuti apa yang kakak sampaikan. Dengan demikian rasa cemburu atau rasa bersaing akan terminimalisir jika hubungan antara orangtua, kakak dan adik harmonis serta mengikuti rules yang menjadi kesepakatan bersama.
Sharing Pengalaman Mommies yang mengalami Sibling Rivalry
Sibling Rivalry akan
muncul
kembali ketika kakak atau adik sudah memiliki kemauan atau keinginan
sendiri. Saya pernah mengalami hal tersebut, seperti sang kakak tidak
mau meminjamkan mainannya dan sang adik memaksa untuk meminjam, yang
terjadi adalah kakak dan adik saling berkejaran, berebutan dan sampai
akhirnya tangisan kembali terdengar. Untuk menangani konflik tersebut, biasa saya ngga mau ribet (jangan ditiru ya), langsung meminta kakak atau adik untuk mengalah, dengan melihat situasi (misalnya yang direbutkan adalah milik kakak, maka adik yg mengalah dan begitu sebaliknya) tapi terkadang juga minta kakak atau adik untuk saling meminjamkan, tapi jika kakak dan adik tidak ada yang mau mengalah, ya ujungnya saya putuskan untuk ada yang mengalah.
Tapi, menurut Mba Nadia, Jika kondisi tersebut terjadi, kita
sebagai orangtua melihat saja dahulu, jangan langsung jadi juri untuk
memutuskan siapa yang harus mengalah, ajak anak berkomunikasi, biasakan anak untuk mengungkapkan dan mengidentifikasi perasaannya masing-masing, berikan opsi (jika kakak meminjamkan mainan ke adik maka.. dan jika kakak tidak meminjamkan ke adik maka..), sampai ada solusi atau keputusan bersama atas apa yang mereka perebutkan. Dengan demikian anak akan belajar mengungkapkan perasaannya, berbagi dan mempelajari proses dalam menyelesaikan masalah.
Apa Dampaknya Jika Sibling Rivalry terus dibiarkan?
Pola
pengasuhan yang tidak tepat (tidak adil, berat sebelah, cenderung membela salah satu anak dan tidak ada keharmonisan atau kebahagiaan dalam keluarga) akan memiliki efek terhadap perilaku sosial dan
emosional serta perkembangan kognitif anak. Anak akan menjadi regresi mudah marah, mendendam, cenderung menutup diri dan tidak percaya diri. Agresi yaitu anak tidak mau berbagai atau membantu saudaranya sendiri cenderung mengadu dan yang paling menyedihkan adalah anak menjadi tidak fokus, berperilaku buruk hingga mengalami penurunan prestasi di sekolah.
Wah ternyata dampaknya berat ya! ngga mau kan jika hal tersebut terjadi pada anak-anak kita? semoga kita sebagai orangtua diberikan kesabaran dan konsisten dalam membesarkan anak-anak, karena tidak mudah untuk sabar dan konsisten dalam menghadapi anak-anak. Dan yang utama adalah support system atau dukungan dalam keluarga khususnya suami, orangtua harus kompak dalam menerapkan pendidikan kepada anak-anak, hingga hasilnya maksimal dan lebih berkualitas.
Apa saja Menu #MDLunch nya?
Alhamdulillah mendapatkan ilmu parenting, bersilaturrahmi dengan para Ibu yang sudah memiliki 2 anak dan Ibu hamil yang sedang mengandung anak ke 2. Saling sharing pengalaman tentang Sibling Rivalry dan karena diskusi dilakukan pada jam makan siang, boleh ya saya share juga menu #MDLunch nya ya.. ini dia!
Appetizer
Main Couse
Dessert
Foto bersama seluruh peserta setelah #MDLunch
Menjadi orangtua memang tidak mudah, namun jika dijalani dengan niat yang baik, perbuatan baik, InsyaAllah hasilnya juga baik. Semoga sharing hasil #ParentingClass #MDLunch nya bermanfaat ya.. :). Thank you Mommies Daily and Rumah Dandelion.
Branche Bistro
Jl. Senopati No. 33
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Salam hangat,
Elly
Tidak ada komentar